Taken Here |
Pernah melihat gerimis hujan kala di
timpali cahaya matahari jingga di sore hari? Aku pernah. Kalian juga pasti
pernah. Cantik kan? Kalau kamu mengatakan tidak cantik berarti matamu buta,
atau matamu dihinggapi kabut tebal hingga tak bisa melihat kecantikan hujan
gerimis di sore hari yang cerah.
Melihat perpaduan jingga keemasan
dan beningnya air adalah saat yang paling menakjubkan bagiku. Saat paling
romantis yang selalu ku hirup di setiap penantian pertunjukkan magis datangnya
hujan jingga.
Bisakah aku bilang hujan jingga
sebagai pengganti hujan salju yang jatuh perlahan ke bumi? Kondisi yang tak
memungkinkan aku untuk merasakan helaian salju menerpa tubuh ku di bumi tropis
ini paling tidak tergantikan oleh kecantikan hujan jingga. Panorama hujan jingga
juga bisa ku katakan sebagai suatu kemewahan yang patut ku syukuri atas
keberadaannya dalam penglihatanku.
Pertama kali aku benar-benar
merasakan kedatangannya adalah ketika aku terpaksa pindah ke kota kecil bernama
Singkawang, karena Bunda telah berpisah dengan Abah. Ku beri tahu dulu. Rumah
ku itu syahdu. Kau pun pasti turut mencintainya. Rumah ku penuh dengan
pepohonan rindang. Ketika bangun di subuh hari yang hampir terusir pagi aku
akan merasakan magis saat memandang gunung yang masih berkabut di atas
puncaknya yang berada tidak jauh dari halaman rumahku. Ketika sore merajai
waktu aku akan takjub melihat jingga bercumbu bersama langit di atas kota.
Dan untuk pertama kalinya ketika aku
berumur 9 tahun, saat aku sedang bermain di halaman rumah ku yang luas, aku
jatuh cinta padanya. Pada hujan jingga. Ia datang menyapa ku, menyentil
wajahku, dan mengaromai penciumanku, bahkan dengan percaya dirinya menunjukkan
keindahan yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Sore berjingga itu bersatu
dengan gerimis tipis hujan. Begitu lembut. Beberapa helai daun menguning kering
dari pohon beringin yang ada di samping rumahku berjatuhan perlahan terbawa
angin sepoi-sepoi menambah pertunjukkan sore itu. Aku terhipnotis. Aku terpaku.
Aku terhibur.
Sejak itu aku selalu mengharapkan
dan selalu menunggu ia bertandang ke halaman rumahku yang tak pernah ku
tinggalkan, kecuali ketika dengan terpaksa menuruti kemauan Bunda untuk
memaksaku pergi ke rumah putih menyeramkan.
"Alula sayang, ayo pakai
jaketmu. Bunda sudah siapkan semua keperluan kamu. Jadwal pesawat kita akan
berangkat besok pagi. Jadi, sore ini kita harus segera berangkat ke Bandara
Supadio di Pontianak." Bunda tampak sibuk sekali. Terdengar dari
suara-suara yang bergesekan karena aktivitas Bunda. Barang-barang sudah di masukkan
Bang Reno ke mobil. Aku mengenakan jaketku yang tebal.
“Kapan jadwal operasi ku, Nda?”
tanyaku datar sambil menggerakkan kursi rodaku ke arah pintu rumah. “2 hari
lagi sayang,” jawab Bunda lembut. Bunda memelukku sebentar dan berbisik pelan,
“Kamu tidak boleh takut ya. Kamu harus berani. Supaya kamu bisa berjalan dan
melihat lagi. Kamu pasti rindu sekali melihat hujan jingga.” Aku tersenyum
bersemangat.
Hingga saat ini pun aku masih
mencintai dan masih selalu terpana pada hujan jingga. Aku masih sering
merasakan kedatangan hujan jingga perlahan mengetuk jendela kamarku, meski aku
tak pernah bisa melihatnya lagi karena Gangguan Psikosomatik yang sudah 4 tahun
ini merenggut penglihatanku dan mengakibatkan kelumpuhan pada kakiku.
Hujan Jingga, hujan yang terindah
dalam hatiku. Aku pasti akan melihat kamu lagi, doaku.
"Flash Fiction ini
disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan
oleh Mayya
dan Miss
Rochma."
14 komentar:
keren.. penuh harapan :)
Setiap manusia harus punya harapan mbak... ^o^
Aduh, jadi berkaca-kaca ih mata. Bagus FF-nya. Moga menang, ya :)
*lap-lap matanya mb'della :')
iyaa semoga, aamiinn ^o^
hujan itu sebuah pertanda berkah, sedangkan di sisi lain hujan itu, pertanda musibah, entah yang mana yang benar, tp hujan adalah sebuah fenomena alam, yang lebih enak untuk di nikmati ketimbang meratapi :)
Hujan jingga ya? Aku juga sering menikmatinya..
Terutama, saat dimana isi kepala mulai berpikir, harusnya ada pelangi sore ini. harusnya... walaupun tak selalu ada... :)
Setuju deh sama kamu... *ngemutchunkybar :D
Bagi saya, tepatny hujan itu selalu membawa berkah... bila ad musibah terjadi pasti karena kelalaian manusia.. sesederhana itu saja..
Kalau melihat hujan jingga, sy seringny bengong2 saking takjubny ^o^ hihii...
gak bisa berkata-kata banyak deh, cuma 3 kata : KEREN! SEDIH! BAGUS! ngena banget :')
selalu suka sama cerpenmu kak.
huhuu makasiihh adek, jd terharu :')
tulisan yang bagus, endingnya dalam :)
Makasi sudah baca FF sy :)
hujan jingga kerenz sekali.
salam kenal ya...:)
suka
salam kenal jg ya annur :D
Posting Komentar
tinggalkan komentarmu disini, maka aku akan berkunjung ke tempatmu... ^o^