[BeraniCerita #1] JALAN BERKABUT



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcYDreDvgwL8Hf_svE7xRviXFPv7DkmTa-Bs4nbDgVoDD11KVcIxGkSRq5xsUmjV9xCSZuOAom6u3besH8Wextcsacg2pIKdP7zr_e-JkPdcNHvPZ_NQfLfoR_irtQMDpvSyE_0FyH_8lq/s1600/places,autumn,beautiful,color,dark,fall-8bd39a1d4ae4d5ef949dffc9bac38c76_h.jpg
taken here
Perempatan lampu lalu lintas terlihat sepi. Aku membawa motor bebek merah ku melaju melintasi jalan berkabut yang diterangi lampu jalan. Masih sangat dini hari. Udara sungguh teramat dingin. Gerimis pun masih membayangi gelap malam. Tubuh ku menggigil perlahan.
Terlintas kembali kejadian 3 hari yang lalu
Aku membanting barang-barang yang berada di dekat ku. Piring, gelas, sendok, garpu, tudung saji yang tergeletak terbuka, bahkan teko yang tadi terisi penuh dengan air tak luput dari jarahan tanganku. Ruang makan yang bersatu dengan dapur hancur berantakan, lantai penuh dengan pecahan kaca dan lauk pauk.
Mataku melotot. Sumpah serapah mewarnai buruknya ucapanku. Di sudut sana, ku tunjuk-tunjuk wanita berumur 58 tahun itu. Nafasnya naik turun menahan isak tangis dan takut. Beberapa kali ia menyeka air mata di wajahnya dengan jilbab putih yang turut basah karena tersiram air dari teko.
Wanita yang menangis terduduk di sudut itu ibuku. Ya, Ibuku. Ibu yang sudah melahirkan ku ke dunia ini. Ibu yang sudah bersabar menahan rasa sakit sejak aku masih dalam kandungan hingga terlahir ke dunia. Ibu yang seharusnya ku doakan setiap hari atas kemurahan hatinya, bukan malah memarahinya. Aku seringkali memaki ibu ku yang miskin. Aku sering membanting barang-barang yang ada di dekatku. Ibu ku yang selalu ku salahkan atas ketidakberesan ku selama ini. Kali ini aku marah karena dengan baiknya Ibu memberikan uang pada Pakde Kasim yang kaya itu, katanya Pakde Kasim sedang tak berduit dan butuh uang segera untuk membayar utangnya pada rentenir. Padahal uang itu ku minta di tabung untuk membuat warung kecil di depan rumah nantinya.
“Oh, Ibu. Maafkan aku,” bisikku pelan pada diri sendiri.
Terngiang kembali pembicaraan tadi sore di sebuah bengkel. Ucok si tukang tambal ban bercerita padaku tentang tetangganya yang durhaka.
“Kemaren sore tetangga ku meninggal mendadak, Ngga. Masih muda anaknya. Kakinya tertusuk beling kaca yang cukup panjang ketika jatuh dari pohon nangka. Kata Ibunya darahnya tak berhenti-henti. Cepat-cepatlah dia dibawa ke Rumah Sakit. Tau-tau sampai sana mati pula dia, Ngga.” Aku terdiam mendengar ceritanya.
“Kasian Emaknya. Sudah tua, dibuat susah sama dia. Kau taulah, bagaimana mahalnya biaya rumah sakit sekarang. Aku tak kasian sama anak itu, Ngga. Seringkali kulihat dia marah-marah dengan Emaknya. Padahal Emaknya sudah tua.” Setelah itu tak kudengar apa yang di ceritakan Ucok. Aku cepat berlalu dari bengkel dan pulang ke rumah temanku, Gana.
Malam menunjukkan pukul 23.50 Wib. Sedang asyik nongkrong dengan teman-temanku, ponselku berdering. Ku lihat nama Yura tertera disana, adik perempuan ku satu-satunya. Ku angkat. Serasa di sambar petir badai topan. Rasa bersalah dan menyesal bertalu-talu dalam hatiku. Ibu terkena serangan jantung. Aku langsung mengambil motor dan melaju ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit, ku lihat tubuh kaku itu sudah terbungkus kain putih. “Ibuuuuuuuu!!! Maafkan Angga, Bu.” Aku berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama Ibu. Aku berusaha membangunkan Ibu. Tapi Ibu sudah tiada. Ia pergi tanpa sempatku meminta maaf atas kedurhakaanku selama ini.
Jalanan semakin berkabut, seperti hatiku. Aku menarik gas motor bebek merah ku lebih kencang, menembus dinginnya malam dini hari. Badanku semakin menggigil, pedih, juga perih.

 "Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

11 komentar:

Riesna Kurnia mengatakan...

sedih bacanya.. :(

airimaruru mengatakan...

apalagi saya :'(

Dacip mengatakan...

Bagus banget , sedih bacanya :'( NICE STORY KAKAAAAK! INI BAGUS BANGET ! huaaaaaaah Pround of you kak! Semoga menang yaa :D

airimaruru mengatakan...

ambil hikmahnya aja dari cerita ini Lie ^-^...
Aamiin, makasihh :D

Unknown mengatakan...

Kok sedih gini ceritanya. Semoga kita semua di sini membahagiakan orang tua kita jika sudah tua nanti :'(

airimaruru mengatakan...

semoga kita menjadi orang yang selalu ingat akan jasa2 orang tua kita dan selalu berusaha membahagiakan mereka, aamiin... ^o^

Ujang Arnas mengatakan...

ini FF yang pertama?
kayak sudah terasah yah :D

goodluck GA nya :)

airimaruru mengatakan...

Makasih uchank ^o^
iya beneran FF ini pertama kali sy bikin... :D

Penghuni 60 mengatakan...

ini FF kan, bukan true story, abis kesannya kyk true story..
moga menang ya..
:D
penasaran ah, mau ke tempat GA nya

airimaruru mengatakan...

Iya ini FF, syukurnya bukan true story.. :D
Ayuk2 ikutan... ^o^

Ace Maxs mengatakan...

makasih banget udah berbagi lumayan nih buat nambah-nambah wawasan !

Posting Komentar

tinggalkan komentarmu disini, maka aku akan berkunjung ke tempatmu... ^o^

Picture

Picture