[BeraniCerita #2] Terindah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf0sj0H_-rIHZqDlqttVqV6OkDvgLlgJXcIXTh5TNhrmaEdZF5mTvWsaZK1Tlhyphenhyphenqq1d5w2whVmfw9jJO0LEdEGGLz7WxLWUPYMJhe0yZcIvPVpIdNMDSO9bQrtzskjyh2IqiRmoDjh3n4/s400/rain9.png
Taken Here



Pernah melihat gerimis hujan kala di timpali cahaya matahari jingga di sore hari? Aku pernah. Kalian juga pasti pernah. Cantik kan? Kalau kamu mengatakan tidak cantik berarti matamu buta, atau matamu dihinggapi kabut tebal hingga tak bisa melihat kecantikan hujan gerimis di sore hari yang cerah.
Melihat perpaduan jingga keemasan dan beningnya air adalah saat yang paling menakjubkan bagiku. Saat paling romantis yang selalu ku hirup di setiap penantian pertunjukkan magis datangnya hujan jingga.
Bisakah aku bilang hujan jingga sebagai pengganti hujan salju yang jatuh perlahan ke bumi? Kondisi yang tak memungkinkan aku untuk merasakan helaian salju menerpa tubuh ku di bumi tropis ini paling tidak tergantikan oleh kecantikan hujan jingga. Panorama hujan jingga juga bisa ku katakan sebagai suatu kemewahan yang patut ku syukuri atas keberadaannya dalam penglihatanku.
Pertama kali aku benar-benar merasakan kedatangannya adalah ketika aku terpaksa pindah ke kota kecil bernama Singkawang, karena Bunda telah berpisah dengan Abah. Ku beri tahu dulu. Rumah ku itu syahdu. Kau pun pasti turut mencintainya. Rumah ku penuh dengan pepohonan rindang. Ketika bangun di subuh hari yang hampir terusir pagi aku akan merasakan magis saat memandang gunung yang masih berkabut di atas puncaknya yang berada tidak jauh dari halaman rumahku. Ketika sore merajai waktu aku akan takjub melihat jingga bercumbu bersama langit di atas kota.
Dan untuk pertama kalinya ketika aku berumur 9 tahun, saat aku sedang bermain di halaman rumah ku yang luas, aku jatuh cinta padanya. Pada hujan jingga. Ia datang menyapa ku, menyentil wajahku, dan mengaromai penciumanku, bahkan dengan percaya dirinya menunjukkan keindahan yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Sore berjingga itu bersatu dengan gerimis tipis hujan. Begitu lembut. Beberapa helai daun menguning kering dari pohon beringin yang ada di samping rumahku berjatuhan perlahan terbawa angin sepoi-sepoi menambah pertunjukkan sore itu. Aku terhipnotis. Aku terpaku. Aku terhibur.
Sejak itu aku selalu mengharapkan dan selalu menunggu ia bertandang ke halaman rumahku yang tak pernah ku tinggalkan, kecuali ketika dengan terpaksa menuruti kemauan Bunda untuk memaksaku pergi ke rumah putih menyeramkan.
"Alula sayang, ayo pakai jaketmu. Bunda sudah siapkan semua keperluan kamu. Jadwal pesawat kita akan berangkat besok pagi. Jadi, sore ini kita harus segera berangkat ke Bandara Supadio di Pontianak." Bunda tampak sibuk sekali. Terdengar dari suara-suara yang bergesekan karena aktivitas Bunda. Barang-barang sudah di masukkan Bang Reno ke mobil. Aku mengenakan jaketku yang tebal.
“Kapan jadwal operasi ku, Nda?” tanyaku datar sambil menggerakkan kursi rodaku ke arah pintu rumah. “2 hari lagi sayang,” jawab Bunda lembut. Bunda memelukku sebentar dan berbisik pelan, “Kamu tidak boleh takut ya. Kamu harus berani. Supaya kamu bisa berjalan dan melihat lagi. Kamu pasti rindu sekali melihat hujan jingga.” Aku tersenyum bersemangat.
Hingga saat ini pun aku masih mencintai dan masih selalu terpana pada hujan jingga. Aku masih sering merasakan kedatangan hujan jingga perlahan mengetuk jendela kamarku, meski aku tak pernah bisa melihatnya lagi karena Gangguan Psikosomatik yang sudah 4 tahun ini merenggut penglihatanku dan mengakibatkan kelumpuhan pada kakiku.
Hujan Jingga, hujan yang terindah dalam hatiku. Aku pasti akan melihat kamu lagi, doaku.

 "Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

14 komentar:

Nathalia Diana Pitaloka mengatakan...

keren.. penuh harapan :)

airimaruru mengatakan...

Setiap manusia harus punya harapan mbak... ^o^

Della mengatakan...

Aduh, jadi berkaca-kaca ih mata. Bagus FF-nya. Moga menang, ya :)

airimaruru mengatakan...

*lap-lap matanya mb'della :')
iyaa semoga, aamiinn ^o^

Andy mengatakan...

hujan itu sebuah pertanda berkah, sedangkan di sisi lain hujan itu, pertanda musibah, entah yang mana yang benar, tp hujan adalah sebuah fenomena alam, yang lebih enak untuk di nikmati ketimbang meratapi :)

Armae mengatakan...

Hujan jingga ya? Aku juga sering menikmatinya..
Terutama, saat dimana isi kepala mulai berpikir, harusnya ada pelangi sore ini. harusnya... walaupun tak selalu ada... :)

airimaruru mengatakan...

Setuju deh sama kamu... *ngemutchunkybar :D
Bagi saya, tepatny hujan itu selalu membawa berkah... bila ad musibah terjadi pasti karena kelalaian manusia.. sesederhana itu saja..

airimaruru mengatakan...

Kalau melihat hujan jingga, sy seringny bengong2 saking takjubny ^o^ hihii...

Dacip mengatakan...

gak bisa berkata-kata banyak deh, cuma 3 kata : KEREN! SEDIH! BAGUS! ngena banget :')
selalu suka sama cerpenmu kak.

airimaruru mengatakan...

huhuu makasiihh adek, jd terharu :')

anotherorion mengatakan...

tulisan yang bagus, endingnya dalam :)

airimaruru mengatakan...

Makasi sudah baca FF sy :)

Annur Shah mengatakan...

hujan jingga kerenz sekali.
salam kenal ya...:)
suka

airimaruru mengatakan...

salam kenal jg ya annur :D

Posting Komentar

tinggalkan komentarmu disini, maka aku akan berkunjung ke tempatmu... ^o^

Picture

Picture